Asyiknya Tukang Becak Itu

Siang ini, 16 November 2015, sekitar pukul 11.00 wib aku dalam perjalanan dari Kampus 2 Politeknik NSC Surabaya di Pakuwon menuju ke Kampus 1 Politeknik NSC Surabaya di jalan Basuki Rachmat. Rute yang kulewati yaitu darmo boulevard, graha residence, tembus ke banyu urip. Biasanya setelah lewat banyu urip aku belok kiri lewat bawah jembatan fly over pasar kembang menuju ke jalan pandegiling yang tembus ke jalan urip sumoharjo, namun kali ini aku memutuskan untuk belok kanan yang rencananya mau lewat jalan kartini dan nanti tembus ke jalan urip sumoharjo juga baru ke basuki rachmat. Hari ini, sekitar pukul 14.00 – 15.00 wib, PT Sinar Makmur Jaya, sebuah perusahaan PJTKI, akan datang berkunjung ke NSC Kampus 1, jadi aku harus ke basuki rachmat.

Pada saat aku belok kanan dari jalan banyu urip ke arah jalan kartini, aku sempat melihat pemandangan yang indah dan membuatku iri. Di bawah jembatan yang teduh karena ada banyak pepohonan di sana, aku melihat 2 (dua) orang tukang becak yang memarkir becaknya berdampingan di bawah jembatan flyover dan ditrotoar tepat di sebelah becaknya, kedua tukang becak sedang asyik duduk behadapan dengan santainya menghadapi sebuah papan catur. Ku melihat pula, sambil bermain catur mereka berdua sama-sama mengisap rokok yang tentunya bukan rokok putih atau rokok mahal lainnya. Sedemikian asyiknya, mereka seperti tidak menghiraukan hiruk pikuk lalu lintas di sebelah kanan kiri mereka.

Rasa iri menyergap ke dalam hatiku, betapa mereka menikmati aktivitas mereka dengan tenang, senang, dan bahagia, yang kadang ketiga hal ini sulit dirasakan oleh banyak orang. Sebagian besar orang berlomba-lomba mencari uang, bahkan sebagian menggunakan berbagai cara untuk memperoleh uang demi status, kedudukan, dan penghargaan dari orang lain. Pemandangan yang kusaksikan di bawah jembatan fly over mengingatkanku bahwa ukuran tenang, senang, dan bahagia itu tidak bisa diukur dengan banyaknya harta yang kita miliki.

Sayangnya aku tidak bisa menyaksikan lebih lama kegiatan kedua tukang becak tadi. Namun kubayangkan alangkah indahnya jika saat adzan dhuhur berbunyi, kedua tukang becak tersebut membereskan papan caturnya dan segera berkemas menuju masjid untuk sholat berjamaah. Sungguh nikmat yang tiada terkira yang telah Allah SWT berikan kepada kita.

Tukang Becak

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *