Tulisan ini dibuat setelah penulis melihat status di salah satu sosial media milik seorang ustadz kondang tentang poligami. Pada status tersebut sang ustadz menguraikan syarat-syarat yang banyak sekali, yang harus dipenuhi oleh seorang laki-laki atau suami yang ingin melakukan poligami. Pada status tersebut sang ustadz juga melampirkan foto beliau berdiri bersama kedua istrinya yang masih produktif dengan masing-masing istri memegang tangan sang ustadz di kiri dan kanan dengan mesra, bahkan disampaikan kalau istri keduanya sedang mengandung anak ketujuh dari sang ustadz.
Penulis menjadi terdorong untuk membuat tulisan ini karena penulis merasa ada sesuatu yang perlu dituangkan dalam bentuk tulisan sekedar untuk memuaskan hati penulis. Setelah membaca status dan melihat foto sang ustadz terbersit kesimpulan bahwa sang ustadz melakukan poligami karena telah memenuhi syarat-syarat yang diuraikan pada statusnya. Luar biasa. Tersirat dengan jelas bahwa sang ustadz memberikan gambaran bahwa beliau merupakan laki-laki atau suami yang paling bahagia, yang telah memenuhi sunnah Rosul. Di akhir tulisan juga disampaikan pula tujuan lain poligami yaitu untuk memperbanyak keturunan.
Penulis ingin memberikan pandangan sedikit tentang pemahaman penulis terhadap kebahagiaan seorang laki-laki atau suami. Tidak semua laki-laki (seperti lagu ya) atau suami yang menggunakan poligami sebagai tujuan hidup atau ukuran kebahagiaan. Namun, penulis melihat, kebanyakan ustadz melakukan poligami, bahkan sering di-plubish di muka umum tidak terkecuali di social media tentang keberhasilannya melakukan poligami dilengkapi pula dengan mem-plubish foto-foto kebersamaan dengan istri-istrinya. Penulis sampai saat ini belum memahami perilaku ustadz yang demikian, namun karena penulis merupakan masyarakat biasa yang awam dan kurang sreg dengan poligami, apalagi di-plubish kiri kanan di sosial media, membuat respect penulis terhadap para ustadz yang melakukan poligami menjadi berkurang.
Muncul pertanyaan pada diri penulis, apakah semakin tinggi pengetahuan agama seseorang akan semakin tinggi pula niatnya untuk berpoligami? Apakah kebahagiaan seorang laki-laki dapat diukur dari keberhasilannya melakukan poligami? Dan apakah poligami itu harus di-publish sedemikian rupa dengan mempertontonkan wajah-wajah para istrinya di muka umum?. Jawaban yang dimiliki oleh penulis yaitu TIDAK.