JAKARTA – Menurut beberapa lembaga analis ekonomi dunia, 20 tahun ke depan, yakni sekira 2030, Indonesia diperkirakan menjadi negara 10 besar ekonomi dunia. Perkiraan ini pun membuat pemerintah dan masyarakat luas menyadari kebutuhan terhadap lulusan vokasional yang semakin meningkat.
Demikian disampaikan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Pratikno saat mewisuda 724 Ahli Madya di Grha Sabha Pramana, kemarin. Dia menyebut, posisi Indonesia hingga 2050 diperkirakan akan terus meningkat dan mampu bersanding dengan negara ekonomi besar, seperti Amerika Serikat, China, India, dan Brasil.
Pratikno mengungkap, dalam 10 ke depan, Indonesia diprediksi menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi dunia. Maka, lanjutnya, pengembangan industri di Indonesia diperkirakan meningkat tajam sehingga sangat membutuhkan tenaga-tenaga terampil untuk mengisi kebutuhan industri dalam berbagai bidang.
“Untuk itu, kebutuhan terhadap lulusan pendidikan ilmu terapan dan kebutuhan terhadap lulusan pendidikan vokasional akan terus meningkat dalam waktu dekat ini. Karenanya kelulusan saudara dari pendidikan vokasional sudah ditunggu masyarakat, terutama dunia industri, yang tentunya menunggu partisipasi saudara dalam mengakselerasi pembangunan ekonomi di Indonesia,” tutur Pratikno, seperti dikutip dari situs UGM, Kamis (30/8/2012).
Menurut Pratikno, pertumbuhan ekonomi dan perluasan industri tidak membutuhkan sertifikat dan gelar. Namun yang lebih utama adalah kebutuhan keterampilan berbasis pemahaman keilmuan yang dibutuhkan dunia industri, baik manufaktur maupun non-manufaktur. Bahkan sejak 2009, imbuhnya, pemerintah menargetkan rasio SMK dibanding SMA 2:1. Artinya, jumlah ideal SMK dua kali lipat jumlah SMA. Upaya mendorong pengembangan pendidikan di SMK ini membawa konsekuensi pada pengembangan pendidikan vokasional atau ilmu terapan di tingkat pendidikan tinggi.
“Kesadaran pemerintah akan pentingnya pendidikan vokasional ini, semakin dikokohkan dengan terbitnya UU No. 12 tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi yang baru saja disahkan. UU ini memberikan landasan hukum yang kuat terhadap pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia,” paparnya.
Terbitnya UU tersebut, kata Pratikno, merupakan angin segar bagi pengembangan pendidikan vokasional di UGM. Namun, Sekolah Vokasi UGM tidak perlu menunggu terbitnya UU PT untuk berprestasi. Bahkan Sekolah Vokasi UGM telah berupaya keras untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mendekatkan mahasiswa dengan dunia kerja. Beberapa kerjasama yang dilakukan di antaranya, pengembangan D-4 Teknik Alat Berat Hexindo Hitachi dan UGM, kerjasama dengan Parametrik (provider resmi software Pro/Engineer) untuk memperoleh sertifikasi internasional untuk keahlian CAD/CAM/CAE berbasis Pro Engineer, dan kerjasama ikatan dinas dengan PT. PLN. Kerjasama lainnya berupa penyelenggaraan rekrutmen tenaga kerja dengan Astra Otoparts, PT OSRAM, Triputra Group, PT Kawan Lama Sejahtera, PT Kaltim Prima Coal, Kayaba, produsen truk Hino, Perusahaan Pertambangan PT SIS dan PT THIESS, serta produsen alat berat PT Hexindo Adiperkasa.(mrg)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *