Syarat-Syarat Pembentukan dan Keberlangsungan Ekosistem Bisnis dalam Persaingan
Pembentukan dan keberlangsungan sebuah ekosistem bisnis bukan sebagai suatu kebetulan, melainkan sebagai hasil dari pemenuhan serangkaian syarat yang kompleks dan saling terkait. Ekosistem bisnis, dalam analogi biologinya, adalah suatu jaringan dinamis yang terdiri atas pelaku inti (seperti perusahaan pemimpin atau platform), pelaku pendukung (pemasok, distributor), pelanggan, pesaing, dan institusi pendukung (regulator, asosiasi) yang berinteraksi dan saling bergantung untuk menciptakan dan mendistribusikan nilai.
Kesuksesan sebuah ekosistem bisnis digital tidak terjadi secara kebetulan. Ekosistem tersebut membutuhkan desain yang disengaja dan tata kelola yang strategis untuk mengoordinasikan jaringan aktor yang independen namun saling bergantung—mulai dari pengguna inti, penyedia layanan pelengkap, hingga pengembang—dalam menciptakan dan menangkap nilai yang kohesif. Tanpa arsitektur nilai dan aturan keterlibatan yang jelas, ekosistem akan kesulitan mencapai liquidity (kecairan) dan stickiness (kelekatan) yang diperlukan untuk bertahan dalam persaingan (Jacobides, Sundararajan dan Van Alstyne, 2021).

Agar ekosistem seperti ini dapat terbentuk dan bertahan eksis dalam persaingan yang ketat, setidaknya terdapat lima pilar utama yang harus terpenuhi.
- Keberadaan “Platform Inti” atau “Nukleus” yang Menciptakan Nilai Bersama (The Core Value Proposition)
Syarat pertama dan paling fundamental adalah adanya suatu inti (nucleus) yang mampu menciptakan nilai bersama (shared value) bagi semua partisipan. Inti ini biasanya berupa sebuah platform teknologi, sebuah standar, atau sebuah perusahaan inovatif yang berfungsi sebagai fondasi.
Pada intinya, setiap ekosistem bisnis digital membutuhkan sebuah platform inti yang bertindak sebagai pondasi dan koordinator. Platform ini tidak hanya menyediakan infrastruktur teknis, tetapi yang lebih penting, ia menciptakan dan memfasilitasi ‘ruang bersama’ (shared space) di mana berbagai peserta dapat berinteraksi dan bertransaksi. Nilai platform ini tidak inherent pada teknologinya semata, tetapi pada kemampuannya untuk mengkurasi dan memungkinkan penciptaan nilai oleh dan untuk seluruh jaringan partisipannya (Hein, dkk, 2020).
- Fungsi Platform
Platform ini menyediakan infrastruktur yang memungkinkan interaksi yang mudah dan efisien. Contohnya, sistem operasi Android (Google) menyediakan fondasi bagi developer aplikasi, produsen smartphone, dan pengguna. Apple dengan iPhone-nya menciptakan ekosistem tertutup yang menghubungkan pengguna, developer App Store, dan produsen aksesori.
- Mengurangi Biaya Transaksi
Keberadaan platform inti secara signifikan mengurangi biaya transaksi (transaction costs), seperti biaya pencarian, negosiasi, dan pemantauan. Shopify, misalnya, memungkinkan UKM untuk dengan mudah membuka toko online tanpa harus membangun sistem dari nol.
- Jaringan Nilai (Value Network)
Nilai tidak lagi diciptakan secara linier, tetapi melalui jaringan. Pengguna menarik developer, developer menciptakan aplikasi yang menarik lebih banyak pengguna, dan seterusnya. Efek jaringan (network effects) inilah yang menjadi bahan bakar pertumbuhan ekosistem. Tanpa nilai bersama yang jelas dan menarik, mustahil bagi partisipan untuk tertarik bergabung.
- Efek Jaringan yang Kuat dan Multisisi (Strong and Multi-Sided Network Effects)
Syarat kedua yang merupakan konsekuensi logis dari syarat pertama adalah kemampuannya untuk menghasilkan dan mempertahankan efek jaringan. Efek jaringan terjadi ketika nilai suatu produk atau layanan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penggunanya.
Efek jaringan multisisi (multi-sided network effects) merupakan mekanisme fundamental yang mendorong skalabilitas dan nilai sebuah platform digital. Mekanisme ini terjadi ketika nilai yang dirasakan oleh satu kelompok pengguna (misalnya, konsumen) meningkat secara signifikan seiring dengan bertambahnya jumlah pengguna dari kelompok lain yang berbeda (misalnya, penyedia layanan atau developer). Kekuatan efek inilah yang menciptakan siklus umpan balik yang positif (virtuous cycle), yang pada akhirnya dapat mengarah pada dominasi pasar dan ketahanan kompetitif yang tinggi (Cennamo dan Santaló, 2023).
- Efek Jaringan Langsung
Nilai platform meningkat bagi pengguna lama ketika ada pengguna baru yang bergabung (contoh: telepon, media sosial seperti Facebook).
- Efek Jaringan Multisisi (Indirect)
Ini adalah jantung dari kebanyakan ekosistem ekonomi modern. Platform menghubungkan dua atau lebih kelompok pengguna yang berbeda. Nilai platform bagi satu kelompok tergantung pada besarnya kelompok lain. Misalnya, nilai Gojek bagi konsumen tergantung pada jumlah driver yang tersedia, dan sebaliknya, nilai Gojek bagi driver tergantung pada jumlah konsumen yang memesan.
- Mencapai Titik Kritis (Critical Mass)
Sebuah ekosistem harus mencapai “critical mass”—jumlah pengguna minimal—untuk memicu efek jaringan yang berkelanjutan. Sebelum titik ini, ekosistem rentan gagal. Setelah titik ini, ekosistem memasuki fase pertumbuhan yang cepat dan membangun “parit pertahanan ekonomi” (economic moat) yang membuatnya sulit disaingi. Persaingan antar ekosistem seringkali adalah persaingan untuk mencapai dan mempertahankan efek jaringan terkuat.

- Tata Kelola dan Aturan Main yang Jelas (Governance and Rules of Engagement)
Ekosistem yang sukses tidak tumbuh secara liar. Ia membutuhkan kerangka tata kelola yang jelas untuk memastikan kepercayaan, interoperabilitas, dan keberlanjutan. Tanpa tata kelola, ekosistem bisa runtuh karena konflik, penipuan, atau ketidakefisienan.
Tata kelola platform bukanlah halangan untuk inovasi, melainkan prasyarat untuk skala dan keberlanjutan. Tanpa aturan main yang jelas untuk partisipasi, integrasi, dan pembagian nilai, sebuah ekosistem akan berjuang melawan masalah-masalah seperti ketidakpercayaan, perilaku oportunistik, dan inkoordinasi—yang pada akhirnya menghambat kemampuan kolektifnya untuk berinovasi dan menciptakan nilai (Hein, Böhm dan Krcmar, 2020).
- Mengelola Keterbukaan vs Kontrol
Pemilik platform inti harus menentukan seberapa terbuka ekosistemnya. Apakah terbuka untuk semua developer (seperti Android) atau tertutup dan terkontrol ketat (seperti Apple iOS awal)? Setiap strategi memiliki trade-off antara inovasi dan kualitas.
- Standar dan Interoperabilitas
Harus ada standar teknis dan prosedural yang memungkinkan berbagai komponen dan pelaku untuk bekerja sama dengan mulus. Standar pembayaran, protokol data, dan aturan integrasi API adalah contohnya.
- Mekanisme Reputasi dan Penyelesaian Sengketa
Dalam ekosistem digital yang melibatkan pihak asing (seperti di e-commerce atau ride-hailing), sistem reputasi (rating dan review) dan mekanisme penyelesaian sengketa yang adil adalah kunci untuk membangun kepercayaan di antara partisipan yang tidak saling kenal.
- Distribusi Nilai yang Adil
Tata kelola harus memastikan bahwa nilai yang diciptakan didistribusikan secara adil di antara para partisipan. Jika developer aplikasi atau mitra driver merasa tidak mendapat bagian yang wajar, mereka akan meninggalkan ekosistem.
- Kapasitas Inovasi dan Adaptasi yang Tinggi (Capacity for Innovation and Adaptation)
Dunia bisnis dan teknologi berubah dengan cepat. Sebuah ekosistem yang kaku dan tidak mampu beradaptasi akan punah digantikan oleh pesaing yang lebih lincah. Keberlangsungan dalam persaingan sangat bergantung pada kemampuan inovasi kolektif.
Dalam lingkungan yang dinamis, ketahanan sebuah ekosistem platform tidak hanya bergantung pada arsitektur teknisnya, tetapi pada kemampuannya untuk beradaptasi dan berevolusi. Fleksibilitas dalam tata kelola dan kemampuan untuk memanfaatkan inovasi dari berbagai peserta ekosistem—yang kami sebut ‘kapabilitas inovasi terdistribusi’—menjadi penentu utama kelangsungan hidupnya. Ekosistem yang kaku akan ditinggalkan oleh para pesertanya yang mencari peluang di tempat yang lebih responsif (Wareham, Fox dan Cano Giner, 2020).
- Inovasi Terdistribusi
Kekuatan sebenarnya dari sebuah ekosistem adalah kemampuannya untuk memanfaatkan inovasi dari ribuan atau bahkan jutaan partisipannya. Developer di App Store atau penjual di Tokopedia adalah sumber inovasi yang terus-menerus memperkaya ekosistem.
- Eksperimen dan Iterasi Cepat
Ekosistem yang sehat memungkinkan partisipan untuk bereksperimen dengan ide-ide baru dengan risiko dan biaya yang relatif rendah. Model “gagal cepat, perbaiki cepat” (fail fast, pivot quickly) dapat diterapkan secara kolektif.
- Respons terhadap Disrupsi
Ekosistem harus memiliki kemampuan untuk mendeteksi ancaman dan peluang baru, lalu beradaptasi. Ini bisa berupa adopsi teknologi baru (seperti AI atau blockchain), menyesuaikan model bisnis, atau berekspansi ke segmen pasar baru. Ketidakmampuan beradaptasi adalah jalur menuju kepunahan.
- Dukungan Lingkungan dan Regulasi yang Kondusif (Supportive Regulatory and Environmental Context)
Tidak ada ekosistem yang hidup dalam ruang hampa. Ia sangat dipengaruhi oleh lingkungan makro di sekitarnya, termasuk kebijakan pemerintah, kondisi infrastruktur, dan kesiapan sumber daya manusia.
Kami berargumen bahwa ekosistem inovasi tidak dapat dipahami hanya melalui lensa aktor dan jaringan mereka saja. Sebaliknya, mereka tertanam dalam konteks sosioteknis yang lebih luas—yang terdiri dari regulasi pemerintah, perkembangan infrastruktur teknologi, dan dinamika pasar—yang secara kolektif membentuk peluang dan hambatan bagi pembentukan dan evolusi ekosistem (Giones dkk, 2020).
- Regulasi yang Cerdas (Smart Regulation)
Regulator harus mampu menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi tanpa mengabaikan perlindungan terhadap konsumen, persaingan usaha, dan stabilitas ekonomi. Regulasi yang terlalu ketap dapat membunuh inovasi, sementara regulasi yang terlalu longgar dapat menciptakan praktik monopolistik dan eksploitatif.
- Infrastruktur Pendukung
Konektivitas internet yang cepat dan merata, sistem logistik yang andal, dan infrastruktur pembayaran digital adalah prasyarat fisik bagi kebanyakan ekosistem ekonomi digital modern.
- Ketersediaan Modal dan Talenta
Ekosistem membutuhkan aliran modal (venture capital, pinjaman) untuk mendanai pertumbuhan dan inovasi. Selain itu, ketersediaan talenta dengan keterampilan yang relevan (programmer, data scientist, ahli digital marketing) sangat penting untuk menggerakkan seluruh mesin ekosistem.

Secara ringkas, sebuah ekosistem bisnis dapat terbentuk dan eksis dalam persaingan bukan karena satu faktor saja, melainkan karena konvergensi dari kelima syarat di atas. Platform inti menciptakan nilai awal dan infrastruktur. Efek jaringan mempercepat pertumbuhan dan membangun keunggulan kompetitif. Tata kelola yang baik memastikan stabilitas dan kepercayaan. Kapasitas inovasi memberikan kelincahan untuk berevolusi. Dan akhirnya, dukungan lingkungan yang kondusif menyediakan tanah subur bagi ekosistem untuk bertumbuh.
Persaingan di abad ke-21 ini semakin bergeser dari persaingan antar perusahaan tunggal menjadi persaingan antar ekosistem. Perusahaan yang mampu membangun dan memimpin ekosistem yang sehat, inklusif, dan adaptiflah yang akan mendominasi lanskap ekonomi global di masa depan. Memahami syarat-syarat pembentukan dan keberlangsungannya bukan lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan bagi para pelaku ekonomi, investor, dan pembuat kebijakan.
Referensi:
Jacobides, M. G., A. Sundararajan dan M. Van Alstyne, 2021. Platforms and ecosystems: Enabling the digital economy. World Economic Forum.
Hein, A., M. Schreieck, T. Riasanow, D. S. Setzke, M. Wiesche, M. Böhm dan H. Krcmar, 2020. Digital platform ecosystems. Electronic Markets, 30(1), 87–98.
Cennamo, C. dan J. Santaló, 2023. The competitive dynamics of platform ecosystems: A review and research agenda. Strategic Management Journal, 44(1), 3–28.
Hein, A., M. Böhm dan H. Krcmar, 2020. Digital platform ecosystems: A systematic literature review and model development. Journal of the Association for Information Systems, 21(4), 902–931.
Wareham, J., P. B. Fox dan J. L. Cano Giner, 2020. Technology ecosystem governance. Organization Science, 31(4), 1054-1074.
Giones, F., A. Brem, , J. M. Pollack, T. L. Michaelis, K. Klyver dan J. Brinckmann, 2020. Revising entrepreneurial action in response to exogenous shocks: Considering the COVID-19 pandemic. Journal of Business Venturing Insights, 14, e00197.