Oleh: Thomas Khrisna M.Si,
Dosen Akuntansi Politeknik NSC Surabaya
Daya Tarik Kota
Masih teringat bahwa pada tahun 2019 barusan jalan-jalan di Surabaya masih dipenuhi dengan banyak kendaraan bermotor. Khususnya saat jam para siswa berangkat sekolah dan para karyawan berangkat bekerja dan saat mereka pulang ke rumah. Kendaraan bermotor saling berdesak-desakan saling berimpit-himpitan untuk bisa melewati ruas jalan yang lebarnya hampir sama. Sementara jumlah kendaraan bermotor semakin lama semakin bertambah.
Hal diatas dipicu oleh daya tarik magnet kota sebagai pusat bisnis dan keuangan. Sehingga banyak orang dari desa dan kota kecil sekitar, juga masyarakat dipinggir kota berbondong-bondong bekerja di kota. Bahkan bekerja dan tinggal di kota. Kalau perlu di posisi pusat kota sehingga semakin mendekat pusat kota semakin penuh sesak dan tidak nyaman sebenarnya. Pusat kota dianggap sebagai pusat keuangan sehingga menjadi magnet bagi pencari uang.
Fenomena Berubah
Namun tak disangka-sangka, hanya dalam tempo kurang dari 2 tahun fenomena di atas berubah dalam sekejap. Dimana lalu lintas tidak lagi penuh sesak, dan masyarakat berangsur-angsur dapat memiliki kesempatan kerja. Tidak harus ke kantor tapi bisa bekerja dirumah dan semakin banyak pekerjaan yang bisa dilakukan dari rumah.
Pusat kota yang digadang-gadang sebagai pusat bisnis dan keuangan menjadi lebih lengang dan masyarakat tidak harus tinggal di pusat kota. Kalau dulu sampai rumah sudah larut malam bertemu anaknya istri saat malam hari dan saat menjelang istirahat. Dan esoknya masing-masing dari mereka harus beraktifitas kembali. Maka saat ini ini kita semua punya kesempatan untuk bekerja, beraktivitas dan belajar. Dimanapun mereka berada bahkan sekalipun ketika dalam perjalanan.
Bekerja dari Rumah
Fenomena ini membawa konsep bekerja di rumah, tinggal di rumah, berkembang di rumah. Sebelum tahun 2020 rumah bisa jadi tempat yang sunyi pada saat pagi siang hari. Namun sekarang rumah menjadi lebih meriah karena lebih banyak orang-orang yang tinggal di dalamnya. Teknologi komunikasi adalah kuncinya. Sejauh pekerja tetap terhubung dengan teknologi komunikasi. Maka dapat dikatakan ia dapat bekerja dan berkarya dimanapun ia berada.
Formalitas juga mulai berkurang. Kalau dulu kita harus berpenampilan formal berbicara formal, berhias, dan menggunakan kendaraan formal. Namun saat ini batasan antara formal dan informal menjadi tidak jelas. Batasan formal hanya sebatas apa yang kelihatan di depan kamera. Hal ini membawa kenyamanan sekaligus yang terpenting efisiensi. Tidak harus berpakaian formal dari sepatu hingga ujung rambut. Tanpa harus pakai kendaraan bermotor yang menghabiskan banyak bensin dan polusi udara. Dan tidak harus pakai make-up untuk tampil di depan para peserta yang lain. Serta tidak harus terburu-buru menyelesaikan sarapan sebelum pergi kerja adalah sebagian contohnya.
Fenomena ini ditanggapi oleh para pelaku usaha dan dunia bisnis. Dengan mengembangkan dan menawarkan berbagai macam tanaman-tanaman untuk rumah. Berbagai macam hewan-hewan peliharaan, dan juga ikan-ikan yang bisa ditempatkan kan dalam rumah kecil. Maka tidak jarang kita saksikan setiap hari Minggu banyak pameran-pameran tanaman hias. Dan binatang peliharaan ikan hias yang dapat kita tempatkan di rumah kecil kita.
Tinggal dan bekerja di pinggir kota, bahkan di desa atau di dekat hutan sekalipun bisa jadi tempat yang cocok. Di mana kita bekerja berkreativitas dan menggali inspirasi dan solusi atas berbagai masalah di tempat kerja. Pusat keuangan dan bisnis makin hari makin bergeser dari pusat kota. Dunia nyata yang terbatas kapasistasnya menuju dunia maya atau dunia online yang efisien dan tak terbatas ruang dan waktunya. Sekian, terima kasih dan semoga menginspirasi. Salam sehat sejahtera selalu.