Momen wisuda adalah puncak dari perjalanan panjang yang penuh dengan lika-liku, harapan, dan pengorbanan. Ini bukan sekadar seremoni akademis belaka, melainkan sebuah saksi bisu yang menghidupkan kembali ribuan kenangan, mengukir makna yang dalam, dan membanjiri hati dengan gelombang emosi yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Wisuda memiliki lapisan makna yang jauh lebih kompleks daripada selembar kertas ijazah.

Sebuah Mahakarya Hidup yang Telah Selesai

Anak kami adalah kanvas terindah dalam hidup kami. Setiap coretan, warna, dan bayangan di atasnya adalah bagian dari perjalanan kami bersama. Wisuda adalah saat di mana kami berdiri memandang mahakarya itu yang telah selesai—sebuah lukisan yang utuh, penuh makna, dan siap dipajang di galeri kehidupan yang sesungguhnya. Ini adalah tanda bahwa tugas utama kami sebagai orang tua—mencetak fondasi karakter dan pendidikan—telah mencapai sebuah milestone penting. Kami tidak lagi memegang kuas untuknya; kini, dialah seniman bagi kehidupannya sendiri.

Sebuah Kapitulasi yang Manis

Wisuda adalah kapitulasi, penyerahan diri yang penuh sukacita. Kami menyerahkan anak kami, yang selama ini kami lindungi di bawah sayap, kepada dunia yang lebih luas. Kami menyerahkan mimpi-mimpi kecil yang kami semai di kamarnya, kini menjadi kenyataan yang gemilang. Proses “melepas” ini terasa begitu nyata saat melihatnya mengenakan toga. Ada rasa lega karena tugas telah dilaksanakan, tetapi juga ada doa yang tak putus-putusnya agar dunia menerimanya dengan baik.

Sebuah Jembatan Antara Dua Fase

Ini adalah momen transisi yang sakral. Wisuda menjadi jembatan yang menghubungkan masa di mana kami adalah “orang tua yang membimbing” menjadi “orang tua yang mendampingi”. Peran kami bergeser. Dulu, kami menjawab pertanyaannya; kini, kami berdialog dengan pemikirannya. Dulu, kami memegang tangannya menyeberang jalan; kini, kami berdiri di pinggir, mengawasi langkahnya yang percaya diri menyeberangi jalanan kehidupan yang lebih kompleks.

Sebuah Kemenangan Kolektif

Di balik sorak sorai untuk sang anak, ada sebuah kemenangan kolektif untuk seluruh keluarga. Wisuda adalah puncak gunung yang kami daki bersama. Setiap biaya yang terbayar adalah tetesan keringat kami. Setiap nilai A adalah buah dari doa-doa diam-diam ibu di malam hari. Setiap rintangan yang ia lewati adalah kecemasan yang juga kami rasakan. Saat namanya dipanggil, itu adalah kemenangan untuk ayah yang bekerja lembur, untuk ibu yang rela menunda keinginan pribadi, dan untuk keluarga besar yang selalu mendukung. Ijazah itu adalah piagam penghargaan untuk kami semua.

Gelombang Emosi yang Mengguncang Hati: Apa yang Kami Rasakan

Jika makna adalah fondasinya, maka emosi adalah bangunan megah yang berdiri di atasnya. Rasanya seperti semua emosi dalam kamus kehidupan berkumpul dan bergolak dalam dada.

Kebanggaan yang Tak Terkira (An Overwhelming Pride)

Ini adalah emosi yang paling dominan. Kebanggaan itu bukan hanya karena ia lulus dengan nilai memuaskan, tetapi lebih pada perjalanan yang telah ia lalui. Kami bangga melihat ketangguhannya menghadapi tekanan, kecerdasannya memecahkan masalah, dan integritasnya tumbuh menjadi pribadi yang baik. Saat ia berjalan dengan anggun menerima ijazah, kami melihat bukan hanya seorang sarjana, tetapi seorang pejuang yang telah memenangkan pertempuran terpenting dalam masa mudanya. Kebanggaan ini hangat, membuncah, dan ingin kami teriakkan ke seluruh dunia.

Kegenangan yang Bergetar (A Tremulous Joy)

Sukacita yang dirasakan berbeda dengan kebahagiaan biasa. Ini adalah sukacita yang dalam, yang membuat mata berkaca-kaca dan tangan bergetar. Saat menyaksikan prosesi, memori-memori kecil berkelebat: bayinya yang lucu, hari pertamanya masuk sekolah, tangisannya saat pertama kali patah hati, dan senyumnya saat diterima di kampus. Semua memori itu bertaut, membentuk sebuah lingkaran sempurna yang berujung pada momen khidmat ini. Sukacita ini bercampur dengan rasa syukur yang begitu mendalam hingga membuat kami tak mampu berkata-kata.

Keharuan yang Mendalam (A Profound Touch)

Ada keharuan yang menusuk kalbu. Keharuan melihat anak kecil yang dulu main lumpur telah berubah menjadi seorang dewasa dengan wawasan dan cita-cita besar. Keharuan mengingat semua pengorbanan yang ternyata tidak sia-sia. Saat memeluknya setelah acara, pelukan itu terasa berbeda. Ini adalah pelukan “selamat tinggal” kepada masa kecilnya dan “selamat datang” kepada masa dewasanya. Air mata yang mengalir adalah air mata keharuan karena telah menyaksikan sebuah metamorfosis yang indah.

Kecemasan yang Samar (A Faint Anxiety)

Di balik kebahagiaan, ada kecemasan yang samar, seperti desiran angin sepoi-sepoi. Dunia setelah kampus adalah dunia yang lebih keras dan tak terduga. Apakah ia akan cukup kuat? Apakah ilmunya cukup bekal? Apakah kami telah membekalinya dengan cukup ketangguhan mental? Kecemasan ini adalah bagian naluriah dari menjadi orang tua—selalu ada kekhawatiran akan kesejahteraan anak, bahkan ketika ia sudah menjadi seorang sarjana.

Penghargaan pada Diri Sendiri (A Quiet Self-Appreciation)

Dalam diam, ada sebuah perasaan menghargai perjalanan kami sendiri sebagai orang tua. Wisuda adalah pengakuan bahwa kami telah melakukan sesuatu dengan benar. Semua lelah, semua kekhawatiran, semua pengorbanan—ternyata worth it. Momen ini memberikan validasi yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang tua: bahwa kami telah cukup baik. Ini adalah hadiah terbesar bagi jiwa kami yang selama bertahun-tahun sering meragukan diri sendiri.

Sebuah Penutupan dan Pembukaan (A Closure and a Commencement)

Akhirnya, yang kami rasakan adalah perasaan penutupan yang manis untuk sebuah bab yang indah, sekaligus kegembiraan untuk membuka bab baru. Wisuda adalah “akhir” dari masa-masa membesarkan anak dalam arti tradisional, dan “awal” dari sebuah hubungan yang lebih setara, lebih dalam, dan lebih berarti dengan seorang manusia dewasa yang adalah anak kami.

Sebuah Momen yang Abadi dalam Kenangan

Ketika sorak sorai wisuda mereda, ketika toga telah disimpan, dan pesta telah usai, yang tersisa adalah sebuah perasaan yang melekat permanen di hati. Wisuda anak adalah salah satu momen puncak dalam narasi hidup seorang orang tua. Ini adalah pengingat yang kuat tentang tujuan tertinggi dari pengasuhan: untuk menciptakan sebuah kehidupan mandiri yang bermakna, tidak hanya bagi anak, tetapi juga bagi dunia.

Momen itu, saat ia melempar topi ke udara dengan senyum sumringah, akan terpateri selamanya dalam memori kami. Itu adalah gambaran sempurna dari harapan, kebebasan, dan masa depan. Dan sebagai orang tua, kami berdiri di sana, dengan hati yang penuh, menyadari bahwa inilah salah satu alasan terbesar kami hidup—untuk menyaksikan buah hati kami terbang meninggalkan sarang, membawa cahayanya sendiri ke dunia. Terima kasih, nak, telah membuat kami merasa seperti orang paling beruntung di planet ini. Selamat atas kelulusanmu. Perjalanan barumu telah dimulai, dan kami akan selalu ada di sini, menjadi penopangmu yang paling kokoh dan fans-mu yang paling bersemangat.

“Kata-kata mutiara dari kami, orang tua wisudawan Politeknik NSC Surabaya”

Dyandra Convention Center

Surabaya, 1 November 2025